Sekuntum sunyi mekar
pada dua belah matamu yang senja
sebelum kau rampungkan sebuah sajak
tentang stasiun renta di ujung kota
"Gerbong kereta kita masih tergagap
diterowongan gelap,"
katamu. Terjulur pilinan tambang dari dadamu
berusaha menariknya
"Bukankah ia masih melaju?"
maka biarlah!
duduklah santai pada koridor
stasiun pertama menunggunya
akan kurampungkan sajakku untukmu
dan kaurampungkan sajakmu untuknya
Menunggu, ah menunggu
seumur hidup kita menunggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar